2009/11/13

buku best seller?!


Ketika seseorang hendak membeli atau membaca sebuah buku, biasanya akan lebih berminat untuk memilih buku bestseller. Ini tentu merupakan pilihan yang wajar meski bukan berarti pilihan yang bijak karena tidak didasarkan pada pertimbangan yang logis.

Buku bestseller berarti buku yang terbanyak dibeli orang dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan buku-buku non bestseller. Nah jika sebuah buku sangat banyak peminatnya, bukankah wajar jika membuat mereka yang belum membacanya menjadi penasaran, kemudian mereka pun terpengaruh ingin membelinya juga.

Namun membeli sebuah buku semata-mata karena buku tersebut bestseller bukanlah pertimbangan yang rasional, melainkan emosional. Secara logika, bukankah sebagai pembeli kita mestinya memilih buku-buku terbaik untuk kita, bukan buku-buku yang sekadar digemari banyak orang. Jadi label bestseller seharusnya tidak menjadi alasan kuat bagi konsumen untuk membeli. Cukup banyak buku non bestseller yang isinya jauh lebih bagus daripada buku bestseller.
Best Seller vs Best Book

Buku dengan penjualan terbaik (bestseller) tidak selalu identik dengan buku terbaik (best book). Bahkan tidak ada korelasi yang kuat di antara keduanya. Memang ada buku bestseller yang sekaligus juga bestbook, namun yang sering terjadi adalah buku bestseller bukanlah bestbook atau sebaliknya. Dengan kata lain sebuah buku menjadi bestseller tidak dengan sendirinya adalah buku terbaik atau bermutu tinggi. Sebaliknya sebuah buku terbaik yang bermutu tinggi tidak dengan sendirinya menjadi buku best seller. Untuk membedakan kedua hal tersebut, kita perlu mengetahui apa yang membuat sebuah buku menjadi bestseller atau bestbook?

1. Faktor-faktor dominan dari buku bestseller:

a) Popularitas penulisnya
Buku bestseller sangat dipengaruhi reputasi penulisnya. Semakin populer seorang penulis, maka semakin mudah baginya untuk menghasilkan buku bestseller.
b) Materi yang dibahas ringan dan populer.
Materi buku-buku bestseller biasanya ringan dan populer (trend) sehingga mudah diterima oleh khalayak, khususnya masyarakat yang kurang kritis. Memang ada juga buku bestseller yang meski disajikan secara ringan dan populer, tetapi isinya sangat berbobot, namun ini jarang terjadi.
c) Promosi yang mengena sasaran.
Salah satu unsur penting dalam pemasaran adalah promosi. Buku bestseller sebenarnya juga termasuk prestasi pemasaran dari penerbit. Promosi yang mengena sasaran berpotensi mencetak buku bestseller. Setelah sebuah buku menjadi bestseller, label bestseller yang dicantumkan dalam sampul depan buku akan menjadi daya tarik calon pembeli.
d) Kriteria buku bestseller adalah penjualan buku dari penerbit mencapai jumlah tertentu yang melebihi penjualan buku-buku lain. Jadi jelas, sebuah buku disebut sebagai bestseller bukan diukur dari kualitas isinya, melainkan jumlah penjualannya.
e) Endorsement
Endorsement merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap buku bestseller. Hal ini karena endorsement sering melibatkan pengaruh dari para tokoh populer yang berpengaruh atau mungkin sudah menghasilkan sejumlah buku bestseller. Banyak orang membeli suatu buku karena pengaruh endorsement meski kenyataannya pemberian endorsement cenderung subyektif.

2. Faktor-faktor dominan dari best book:

a) Kompetensi penulis
Untuk menghasil buku yang benar-benar berkualitas, kompetensi penulis sangat menentukan. Kepopuleran bukanlah indikasi kompetensi seseorang. Bisa jadi seorang yang memiliki kompetensi tinggi dalam suatu bidang tetapi kurang populer. Semakin kompenten penulisnya dalam suatu bidang yang ditulisnya, maka semakin berpotensi bukunya menjadi buku terbaik.
b) Keakuratan isi yang sudah teruji oleh riset
Isi buku terbaik memiliki keakuratan yang tinggi karena didukung oleh riset penulisnya.
c) Materi yang dibahas mendalam dan komprehensif
Materi buku terbaik sering kurang cocok dengan mayoritas selera pasar. Materi buku lebih cocok untuk pembaca yang kritis. Hal ini menyebabkan hanya kalangan tertentu yang berminat membaca buku terbaik.
d) Ukurannya seberapa besar pengaruh manfaatnya terhadap pembaca. Kriteria dari buku terbaik adalah pengaruh yang ditimbulkannya terhadap pembaca. Semakin bagus suatu buku, semakin mampu memberikan pemahaman yang luas dan mendalam terhadap suatu subyek kepada pembacanya.
e) Resensi Buku
Resensi buku biasanya memberikan penilaian terhadap suatu buku secara obyektif. Penulis resensi yang baik akan dengan kritis mengupas baik keunggulan maupun kelemahan suatu buku. Dibandingkan endorsement, resensi buku lebih bisa diandalkan penilaiannya. Jika sebuah buku memang termasuk buku terbaik, penulis resensi yang jeli akan memberikan argumentasi yang kuat terhadapnya.
Bagi penulis, tentu saja wajar menginginkan bukunya menjadi bestseller. Akan tetapi, bagi pembaca adalah naif membeli sebuah buku semata-mata karena buku tersebut bestseller. Pembaca hendaknya memilih buku-buku terbaik entah itu buku bestseller atau bukan bestseller. Biasanya justru buku-buku terbaik berada dalam golongan buku non bestseller.


Manfaat Membaca Buku Non Bestseller
Sebagai seorang penggemar buku, sebagian besar buku-buku koleksi saya adalah non bestseller. Ini bukanlah suatu kebetulan, karena ada sejumlah manfaat yang bisa saya dapatkan dari buku-buku non bestseller. Beberapa manfaat yang bisa saya petik dari membaca buku non bestseller adalah sebagai berikut:

Pertama, saya bisa menilai isi bacaan lebih obyektif, artinya saya membaca buku itu dengan pikiran yang netral. Jika saya membaca buku bestseller yang bertaburan endorsement, maka saya akan terpengaruh bahwa buku itu pasti bagus. Kenyataannya cukup banyak buku bestseller yang saya baca isinya mengecewakan.

Kedua, banyak buku terbaik adalah buku non bestseller. Beberapa buku terbaik ketika saya membelinya bukanlah buku bestseller. Pada cetakan berikutnya muncul label best seller. Dalam hal ini buku tersebut menjadi bestseller kemungkinan memang isinya bagus.

Ketiga, biasanya tema dari buku-buku bestseller adalah yang sesuai dengan selera pasar, atau selera kebanyakan orang. Tidak banyak ide baru yang bisa saya temukan dalam kebanyakan buku bestseller. Saya justru lebih sering mendapatkan ide-ide cemerlang dan menarik ketika membaca buku-buku non best seller.
Keempat, dengan membaca atau membeli buku non best seller, saya mendidik diri sendiri untuk memilih buku secara obyektif. Memilih buku secara obyektif adalah:

• tidak menilai buku dari sampulnya
• tidak menilai buku dari endorsement yang tertera di buku tersebut
• tidak menilai buku dari bestseller tidaknya buku tersebut.
Nilailah sebuah buku dari:
• apakah isinya berbobot, bermanfaat dan cocok untuk saya terapkan?
• apakah penulisnya kompeten (bukan populer)?
• apakah harganya sesuai dengan kualitas buku tersebut?

Kelima, saya biasanya lebih mudah mendapatkan bestbook di antara buku-buku non bestseller daripada buku-buku bestseller. Ini merupakan pengalaman saya beberapa puluh tahun sebagai pembaca, penjual, dan kolektor buku.

Saya tidak pernah memutuskan untuk membeli sebuah buku semata-mata buku tersebut bestseller atau ada endorsement-endorsement subyektif yang sangat persuasif. Saya selalu membeli dan membaca sebuah buku karena saya berpendapat memang buku tersebut perlu saya beli dan baca berdasarkan penilaian obyektif dari saya pribadi.

Memang, seperti halnya buku bestseller, buku-buku non bestseller pun banyak yang rendah mutunya. Untuk itu, sebagai calon pembeli kita perlu lebih kritis dalam membeli buku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar